Sumber foto : travelingyuk.com
Ketika sedang beristirahat, Adinata tidak sabar membaca surat dari Ambarwati. "Makan siang dulu Den Nata" kata paman gembul sedikit menggoda Adinata yang sedang asyik membaca. "Kamu duluan paman, saya belum lapar" kata Adinata. "Lapar atau sudah tak sabar baca surat dari den ayu?" kata nyi lastri menggoda. "Ah, bibi bisa saja" jawab adinata tersipu malu. Pipinya menjadi kemerahan. "Sudah jangan diganggu, mari kita makan terlebih dahulu" ajak kakek darma. "Baik kek" jawab paman gembul.
Untuk kakang Adinata
Kakang, bagaimana kabarnya, aku disini baik-baik saja. Sekarang aku sedang dalam masa penyembuhan. Aku kamngen sekali sama kamu kakang, meskipun baru beberapa minggu kita tidak bertemu. Oh ya, kamu yang rajin berlatih ya kakang, segera kuasai ilmu dari orangtua Nini Wilis, biar kita cepat bersatu kembali.
Salam Sayang, Ambarwati
Adinata senyum-senyum sendiri setelah membaca surat dari Ambarwati. Kakek darma beserta paman gembul dan nyi lastri cuma bisa tersenyum-senyum saja. mereka maklum anak muda yang sedang dimabuk asmara. Adinatapun bergegas mengambil pena. Ia tak sabar mau membuat surat balasan untuk ambarwati
Adinatapun mulai menulis surat balasan sambil sesekali ia membaca ulang surat dari Ambarwati sambil tersenyum sendirian. Kakek dara, paman gembul serta nyi lastri dibuat geleng-geleng dibuatnya.
Untuk Nimas Ambarwati
Nimas Ambarwati, alhamdulilah kakang di sini baik-baik saja. Kakang disini ditemani sama paman gembul dan nyi lastri. Kakek darma juga baik sekali orangnya. Sekarang saya sudah menguasai tingkatan pertama dari jurus sengatan listrik gunung api purba dan kakang tidak menemui kesulitan yang berarti. Doakan kakang bisa menyelesaikan belajarnya dengan cepat dan kita bisa cepat bersatu kembali. Oh ya Nimas, tolong tanyakan pada nini wilis apakah aku diijinkan mengunjungimu di hutan pinus mangunan, terus terang aku sangat ingin menemuimu walaupun cuma sebentar untuk mengobati rasa kangenku.
Salam rindu dan sayang
Adinata
Setelah selesai menulis surat ia segera menyerahkannya kepada kakek darma. "Kek, tolong disampaikan suratku ini ke Nimas Ambarwati ya" kata Adinata. "Baiklah Adinata nanti biar disampaikan sama kurir yang aku percaya". Tiga hari sekali ia selalu datang kemari. "Terimakasih sekali kakek" Adinata berterimakasih.
Tidak jauh dari gunung api purba nglanggeran, Ambarwati berharap-harap cemas suratnya akan dibalas oleh Adinata. Sepanjang hari ia mondar-mandir kesana kemari tanpa ada tujuan pasti. Nini wilis yang pernah muda maklum dengan apa yang sedang dialami ambarwati. Iapun berusaha menenangkan. "Ambarwati anakku, tenanglah, aku tahu apa yang sedang engkau pikirkan. pasti kamu sedang gelisah menunggu surat balasan dari Adinata calon suamimu bukan?" tanya Nini Wilis. "Ia nini, aku sebenarnya agak cemas karena aku telah mengutarakan perasaanku lebih dahulu, apa tanggapannya nanti" jawab Ambarwati. "Tenanglah Nduk, aku yakin Adinata akan memahami semua yang engkau pikirkan dan sampaikan lewat surat, tunggu saja, pasti nanti sebentar lagi ada kurid datang dari nglanggeran" hibur nini wilis.
Dan benar saja, tidak berapa lama kemudian datang seorang kurir membawa surat balasan dari adinata. Tak sabar ambarwati menerima surat dari kurir tersebut kemudia ia segera bergegas masuk kamar membaca surat balasan dari Adinata. Nini wilispun geleng-geleng kepala melihat tingkah laku ambarwati namun ia bisa memakluminnya. Ambarwati membacasurat adinata dengan riang gembira. Bahkan iamenjadi senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dipikirkan adinata sama dengan yang ia pikirkan. Tidak berapa lama kemudian ia keluar dari kamar dan menemui nini wilis.
"Tadi sedih, sekarang gembira, ada apa nduk cah ayu?" tanya nini wilis. "Nini, bolehkah aku bertanya?" tanya ambarwati sedikit ragu-ragu. "Bertanyalah, apa yang ingiun kamu ketahui" jawab nini wilis. "Kakang adinata, beserta paman gembul dan nyi lastri ingin menjenguk kemari karena khawatir akan keadaanku. Bolehkah mereka datang kemari nini?" tanya ambarwati. "Boleh saja, bahkan mereka saya ijinkan kalau mau menginap beberapa hari disini. Tapi saya ingatkan sekali lagi, ia harus mampu menguasai jurus sengatan listrik gunung api purba ciptaan orangtuaku agar adinata bisa membawamu pulang ke kalibiru" jawab nini wilis. "Terimakasih nini, aku dan kakang adinata tentu tidak akan pernah melupakan janji itu, sekali lagi terimakasih banyak" ucap ambarwati riang. "Sama-sama nduk, ini semua aku lakukan hanyalah semata-mata agar ilmu peninggalan orangtuaku ada yang mewarisi, apalagi seorang pendekar hebat seperti adinata, tentu akan membuatku sangat bangga.
Beberapa hari kemudian Adinata telah menerima surat balasan dari Ambarwati. Tadi sore kakek darma sehabis berlatih memberikan surat itu kepadanya.
Kakang adinata
Terimakasih ya kakang telah mau membalas suratku. Jujur saja aku sangat senang setelah membaca surat balasanmu. Aku jadi tak sabar ingin bertemu. Oh ya, aku sudah minta ijin sama nini wilis agar memperbolehkan kakang adinata beserta paman gembul dan mbok lastri untuk menjengukku. Dan ternyata nini wilis sangat baik hati, ia mengijinkan kakang, cuma mengingatkan agar kakang tidak lupa akan janji untuk menyelesaikan mempelajari ilmu warisan dari orangtua nini wilis. Kakang juga diijinkan untuk menginap beberapa hari di sini. Sudah, itu dulu ya kakang, aku tunggu kedatanganmu di hutan pinus mangunan.
Salam sayang dan kangen dariku
Ambarwati
Adinatapun tersenyum-senyum seperti anak kecil. Kemudian ia segera bergegas menemui kakek darma. "Kakek ada yang ingin aku sampaikan" berkata adinata. "Ada apa anakku adinata?" tanya kakek darma. Sebenarnya ia sudah mengetahui arah pembicaraan adinata namun ia pura-pura tidak tau. "Bolehkan jika saya beserta paman gembul dan nyi lastri menjenguk nimas ambarwati di hutan pinus mangunan untuk beberapa hari?" tanya Adinata memberanikan diri. "Boleh sekali anakku, sampaikan salamku pada nini wilis ya, bilang aku selalu setia menunggunya disini" kata kakek darma. "Baiklah kakek, nanti akan saya sampaikan" jawab Adinata. "Oh ya, kalian berangkatnya besok pagi saja, dan tolong nyi lastri untuk membuat masakan yang enak-enak buat oleh-oleh, nini wilis paling suka semur daging, sayur gudek dan sambal kerecek" pesan kakek darma. "Baiklah kakek, semua petuah dan pesan kakek, insyaaloh akan kami laksanakan" jawab adinata. Tidak berapa lama kemudian adinata segera memberitahu paman gembul dan nyi lastri untuk bersiap-siap mengunjungi ambarwati di hutan pinus mangunan esok pagi.
Esok paginya adinata, beserta paman gembul dan nyi lastri mohon pamit kepada kakek darma untuk mengunjungi Ambarwati di hutan pinus mangunan. "Kakek, kami bertiga mohon pamit ya, untuk mengunjungi nini wilis dan ambarwati ke hutan pinus mangunan, kami disana mungkin sekitar tiga hari" berkata adinata. "Baiklah anakku, kakek mengijinkan, semoga selamat sampai tujuan dan jangan lupa sampaikan salamku kepada nini wilis dan ambarwati" jawab kakek darma. "Terimakasih kakek, kami berangkat dulu, mohon doa restu agar kami selamat sampai tujuan dan dapat kembali tak kurang suatu apa" kata adinata sekali lagi. Ketiganya mencium tangan kakek darma kemudian berangkat menuju hutan pinus mangunan dengan hati riang gembira.
Ketiganya berjalan dengan riang gembira. Diperjalanan tidak henti-hentinya paman gembul melucu sehingga membuat adinata dan nyi lastri tertawa terpingkal-pingkal. Jalan yang dilaluipun lumayan rata, tidak berlumpur dan berlubang-lubang. Di tengah perjalanan paman gembul merasa haus dan kebetulan dipinggir jalan ada orang yang berjualan dawet. "Den, kita istirahat dulu yuk, sambil minum dawet" ajak paman gembul. Adinatapun mengiyakan, kebetulan ia juga haus. Ketiganya segera menghampiri seorang perempuan yang masih muda bersama suami dan anaknya yang berjualan dawet. "Dawetnya tiga gelas mbakyu" kata Adinata memesan dawet. "Baik den, silahkan duduk dulu lesehan di tikar yang beralaskan kepang bambu.
Tidak berapa lama kemudian minuman dawet sudah siap. "Silahkan den, diminum dawetnya" kata mbakyu penjual dawet. "Terimakasih mbakyu, maaf kalau boleh tanya, hutan pinus mangunan masih jauh tidak ya, soalnya kami mau kesana?" tanya adinata. "Sudah dekat kok den, sekitar satu kilo dari sini, aden bertiga mau berwisata ya, soalnya disana kan tempatnya sangat indah?" tanya penjual dawet balik. "Tidak kok mbakyu, kami mau ke bertamu rumah nini wilis" jawab adinata. "Oh, kerumah nini wilis ya, dia orangnya sangat baik den, dan suka mengobati orang daerah sini yang sedang sakit" kata mbakyu penjual dawet. "Oh, begitu ya, terimakasih atas beritanya". Setelah membayar dawet ketiganya segera melanjutkan perjalanan menuju hutan pinus mangunan.
Sekitar jam dua siang sampailah mereka bertiga di hutan pinus mangunan. Di sana terdapat rumah kecil sederhana namun tampak bersih. Suasananya tampak asri karena banyak bunga berwarna-warni yang tumbuh dalam pot di halaman rumah. Tampak Ambarwati sedang menyirami bunga di depan rumah. "Nimas ambarwati, kamukah itu" tanya adinata penasaran. Ambarwati kelihatan begitu cantik sekali. Mungkin karena sudah lama tidak bertemu, jadinya kangen sekali. "Iya kaakang, ini aku, kebapa heran, aku makin cantik ya" goda ambarwati sambil menyibakan rambutnya yang terurai. "Ah, nimas bisa saja" jawab adinata agak malu.
"Oh, ya kang mari silahkan duduk diteras, saya beritahu nini wilis dulu" kata ambarwati. "Kami tidak dipersilahkan duduk ini den ayu?" goda paman gembul. "Ah, tentu saja paman gembul, mbok lastri, silahkan" kata ambarwati mempersilahkan. Ambarwati kemudian masuk kedalam. Tidak berapa lama kemudian nini wilis muncul dari dalam menemui tamunya. "Oh, ini yang bernama adinata yang terkenal dengan julukan harimau merapi, ternyata kamu orangnya tampan dan gagah sekali, pantas saja tiap hari ambarwati tidak henti-hentinya menceritakan kisahmu" kata nini wilis. "Ah, nini wilis bisa saja, saya kan jadi malu" kata ambarwati yang muncul dari dalam dengan membawa teh hangat dan ubi rebus diatas baki dari dalam rumah. "Mari kakang, paman dan mbok lastri silahkan diminum dan dinikmati ala kadarnya" kata ambarwati menawarkan. "Terimakasih nimas" jawab adinata.
"Oh ya nini, ini ada oleh-oleh semur daging, sayur gudek dan sambal kerecek, kakek darma menyuruh nyi lastri memasak khusus untuk nini" kata adinata. "Oh, ternyata kakekmu masih ingat saja dengan apa yang aku sukai" kata nini wilis sambil tersenyum. "Kakek darma juga pesan bahwa ia selalu setia menunggu nini wilis di nglanggeran" berkata adinata lagi. "Terimakasih adinata, nanti kalau kamu kembali sampaikan padanya bahwa aku sebenarnya ingin sekali kembali ke nglanggeran, tapi kamu tahu sendiri kan sebenarnya permasalahannya apa" kata nini wilis lagi. "Iya nini, secepatnya akan saya selesaikan mempelajari ilmu dari orangtua nini, kalau bisa sampai tingkatan terakhir" kata adinata memberikan harapan. "Terimakasih Adinata, saya yakin kamu pasti bisa, saya sudah banyak mendengar tentang kisahmu, aku akan sangat bangga sekali jika kamu mewarisi ilmu dari ayahku, tentu ia akan sangat berbahagia di alam sana" kata nini wilis. "Aamiin, terimakasih nini" jawab Adinata.
"Nini, bolehkah kami berdua berjalan-jalan?" tanya Ambarwati. "Boleh, silahkan, tapi pulangnya jangan terlalu sore" kata nini wilis. "Terimakasih nini" jawab ambarwati. "Den ayu, bolehkah saya dan istriku nyi lastri ikut jalan-jalan?" paman gembul memberanikan diri untuk ikut serta jalan-jalan. "Oh, boleh sekali, mari mbok, paman kita jalan-jalan. Ayo kakang" kata ambarwati. "Baiklah nimas, tapi terus terang aku masih lapar sehabis perjalanan jauh, bagaimana kalau kita cari tempat makan dulu" kata Adinata. "Baik kakang, nanti aku tunjukkan tempat makan yang paling terkenal disini.
"Wah, indah sekali tempat ini nimas" kata adinata kagum. Hutan Pinus Mangunan memang memiliki suasana yang dapat membuat pengunjung merasa damai, sangat asri, masih alami, serta dapat membuat hati tenang. Terdapat banyak deretan pohon pinus yang tumbuh subur di sepanjang hutan tersebut. "Mari kakang, kita duduk di kursi kayu sambil menikmati keindahan alam" ajak ambarwati. Setelah menikmati keindahan alam dengan duduk-duduk di kursi kayu tersebut, berempat mereka menaiki gardu pandang yang dibangun oleh penduduk desa. "Wah, kakang gembul, kita bisa leluasa ya melihat pemandangan sekitar hutan yang indah" kata nyi lastri kagum. "Iya dik, kita juga bisa melihat rindangya pepohonan yang masih hijau serta bukit-bukit yang masih terlihat asri dari jauh" kata paman gembul mengiyakan.
Setelah puas menikmati pemandangan alam ambarwati mengajak adinata dan pengasuhnya untuk makan siang. "Kakang, kita makan nasi tiwul lauk ayam goreng kampung yuk di warung makan mbok sum, disini sudah sangat terkenal lho" kata ambarwati. "Ah, aku sudah tak sabar makan ayam goreng" kata paman gembul kegirangan. "Maafkan suami hamba den ayu, dia memang suka gitu" kata nyi lastri agak malu melihat tingkah suaminya. "Tidak apa-apa mbok, justru aku suka orang yang apa adanya" jawab ambarwati.
Tidak berapa lama kemudian mereka berempat sudah sampai di warung makan mbok sum. Mereka segera memesan nasi tiwul dan ayam goreng menu spesial di tempat tersebut. Bahkan konon kabarnya banyak para pembesar kerajaan mataram yang sedang berwisata mampir di warung makan tersebut untuk sekedar santap siang. Mereka berempat menikmati menu yang disediakan dengan lahap. Ambarwati memilih gasebo sebagai tempat makan karena tempatnya nyaman dan tidak terlalu ramai.
Setelah makan siang selesai, kemudian mereka berempat kembali kerumah nini wilis di hutan pinus mangunan. Selama kurang lebih tiga hari Adinata menginap di rumah nini wilis. Selama tiga hari itu ambarwati dan adinata sangat bahagia sekali. Mereka terlihat sering bersenda gurau terkadang serius. Waktu mereka sering dihabiskan bersama menikmati keindahan hutan pinus mangunan. Setelah tiga hari adinata mohon pamit kepada nini wilis untuk kembali ke gunung api purba nglanggeran. "Nini, kami bertiga mohon pamit akan kembali ke nglanggeran". "Baiklah adinata, saya izinkan kamu kembali ke nglanggeran. jangan lupa dengan janjimu. Dan ini ada sedikit oleh-oleh, tolong kamu berikan pada kakek darma" jawab nini wilis. "Kakang, kalau boleh, aku ingin ditemani mbok lastri disini" kata ambarwati merajuk. "Bagaimana paman gembul, apakah kamu mengizinkan?" tanya adinata. "Saya mengijinkan den nata asal dik lastri bersedia" kata paman gembul. "Bagaimana mbok, mau kan menemainiku disini?" tanya ambarwati. "Iya den ayu, saya bersedia" jawab nyi lastri mantap. "Baiklah kalau sudah sepakat, kakang sama paman gembul pamit, nini, sekali lagi kami mohon pamit, mohon maaf jika selama disini kami banyak berbuat salah" pamit adinata sekali lagi. "Iya, adinata, doa nini wilis menyertaimu, semoga selamat sampai tujuan" jawab nini wilis.
Bersambung
0 Komentar